Mas Joko bermimpi mengenai akhirat. Ia berdiri di dataran Mahsyar memandang Jahanam dan Jembatan Shirath (As-Sirat dalam bahasa Arab). Ia harus menyeberangi jembatan itu untuk menghindari Jahanam. Sayang Shirath bukan seperti jembatan di dunia ini. Menurut agamanya, As-Sirat lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang (dapat membelah telapak kaki), lebih panas dari bara api dan licin sekali.
Agama Mas Joko mengajarkan bahwa amalnya dan juga imannya adalah kunci untuk menyeberangi As-Sirat. Ia juga tahu di atas As-Sirat ada besi-besi pengait dan kawat berduri, yang ujungnya bengkok dan dapat mencangkoknya. Siapa yang tercangkok akan ditarik ke neraka.
Selama hidupnya, ajaran agama Mas Joko mengingatkannya mengenai kesulitan menyeberangi As-Sirat. Ia menjadi takut dan berusaha taat dalam agamanya. Tujuannya, agar amalnya bertambah supaya, mudah-mudahan mampu melewati As-Sirat. Email kami kalau Anda, seperti Joko, pernah bermimpi mengenai As-Sirat.
Agama Lain dan Jembatan Atas Jahanam
Agama kuno Jepang dan Yahudi serta Zorastrianisme (agama Parsi) mengajarkan adanya jembatan atas neraka.
Dan agama Zorastrianisme menamakannya Chinvat dan “jembatan kiamat” yang setajam pedang. Semua yang mati harus menyeberangi neraka di atas jembatan ini.
Siapa Tidak Percaya Akan Shirath?
Kelompok Islam Mu’tazilah tidak mengimani adanya As-Sirat. Menurut mereka, adanya As-Sirat tidak logis. Argumentasinya ialah bagaimana mungkin manusia bisa melewati jembatan yang lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang, sangat licin dan selalu bergerak-gerak?
Pengikut Isa Al-Masih juga tidak percaya akan adanya jembatan berwujud ke sorga. Konsep ini tidak terdapat dalam Kitab Allah.
Salib Bukan Jembatan atas Neraka!
Tidak satu ayatpun dalam Kitab Allah yang berkata bahwa Salib adalah jembatan atas neraka. Namun ada ayat yang menunjukkan Isa Al-Masih sebagai Jalan ke Sorga. “Akulah jalan . . . Tidak ada seorangpun datang kepada Bapa [sorga], kalau tidak melalui Aku” (Kitab Allah, Yoh. 14:6). Lewat penyaliban-Nya Isa Al-Masih memungkinkan pengampunan dosa dan kepastian keselamatan di sorga.
Demikian pengikut Isa Al-Masih memakai metafora salib sebagai “Jembatan” untuk menolong orang mengerti bahwa Isa adalah “Jalan” dan juga “Jembatan” ke sorga.
Jembatan Mana yang Anda Pilih?
Bagaimana bila seandainya dalam mimpinya, Mas Joko melihat salib sebagai jembatan yang menyeberangi api neraka. Ia melihat banyak orang yang tanpa takut dan dengan gembira melewati Jembatan Salib ini. Kalau misalnya Anda adalah Joko email kami tentang jembatan mana yang Anda akan pilih.
Joko tidak perlu berdiri dengan gemetar di dataran Mahsyar untuk mempertimbangkan As-Sirat. Isa Al-Masih, Kalimat Allah, telah dihukum sebagai ganti Mas Joko dan seluruh umat manusia di kayu salib.
Dengan percaya pada Isa, Mas Joko di akhir hayatnya tidak perlu gemetar akan Shirath! Ia akan langsung naik ke sorga!
Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca
Staf Takut Neraka berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut:
- Menurut Anda, mengapa agama Islam mengemukakan konsep As-Sirat yang begitu sulit melewati?
- Kalau diminta, bagaimana Anda akan menasihati Joko supaya tidak gemetar dan takut pada waktu memikirkan Shirath? Jelaskanlah jawaban Anda.
- Pernahkah Anda menjadi takut pada waktu memikirkan As-Sirat? Bagaimana Anda menghilangkan ketakutan itu?
Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas atau ketakutan akan neraka maaf bila terpaksa kami hapus.
Ditulis oleh: Jason